Oleh Fashlihatun Amiroh (09305144007)
Dosen : MARSIGIT Doctor of Philosophy Master of Arts in Mathematics Education
Awalnya saya merasa bingung pada saat mengisi lembar krs (kartu rencana studi) yang didalamnya tertulis mata kuliah sejarah matematika. Dalam bayangan saya kuliah sejarah matematika hanya di isi dengan cerita-cerita pada zaman dulu yang pasti membuat saya bosan dan mengantuk. Yang terlintas pada saat itu hanya bayangan buruk. Namun semua itu berkurang ketika saya tahu kalau yang menjadi dosen sejarah matematika kelas matswa09 adalah Pak Marsigit. Agak sedikit berkurang kecemasan saya. Namun masih ada bayangan tentang kuliah yang hanya akan membahas buku yang sudah pasti.
Namun syukurlah ketika perkuliahan dimulai, Pak Marsigit menggunakan metode yang cukup unik. Beliau membebaskan kami, mahasiswanya untuk berekspresi dalam sejarah matematika. Banyak hal beliau ajarkan pada kami. Ketika perkuliahan kami diwajibkan untuk presentasi tentang sejarah matematika. Kami bebas memilih temanya.
Setiap mahasiswa maju dan mulai presentasi. Kini tiba giliran saya untuk presentasi. Pada saat itu saya merasa bingung apa yang akan saya presentasikan. Tapi alhamdulillah masih ada sedikit mater yang saya baca pada malam sebelumnya yang bisa saya presentasikan. Yang terpikirkan dalam diri saya pada saat itu adalah bagaimana agar materi yang saya presentasikan itu membuat teman-teman saya dan dosen saya itu bahagia. Berikut materi yang saya presentasikan pada saat presentasi saya yang pertama,
Karena orang Babilonia kuno inilah pembagian yang sekarang kita pakai terhadap keliling lingkaran dalam 360 bagian-bagian yang sama. Banyak penjelasan yang telah dikemukakan untuk menjawab mengapa dipilih 360. Dari sekian banyak penjelasan, ada satu penjelasan yang lebih masuk akal. Yaitu satu mil Babilonia, sama dengan kira-kira 7 mil kita. Karena mil Babilonia digunakan untuk mengukur jarak-jarak yang lebih jauh, sehingga wajar jika ini dijadikan pulas sebagai kesatuan waktu, ialah waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 1 mil Babilonia. Pada suatu waktu dalam jangka 1000 th SM, di kala astronomi Babilonia mencapai tahap yang memerlukan pemeliharaan catatan sistematis dari gejala-gejala langit, mil-waktu Babilonia diterima untuk mengukur rentang atau jangka waktu. Karena satu hari yang penuh ternyata sama dengan satu putaran langit, maka satu sikuit penuh dibagi kedalam 12 bagian yang sama. Tetapi demi kemudahan , mil Babilonia telah dibagi dalam 30 bagian yang sama. Dengan demikian kita sampai pada 12*30 = 360 bagian yang sama dalam sebuah putaran yang sempurna.
Hanya inilah yang saya presentasikan. Alhamdulillah tidak ada pertanyaan yang teman-teman dan dosen saya lontarkan. Dan dengan melihat ekpresi wajah teman-teman dan dosen saya sepertinya mereka cukup puas dengan apa yang saya presentasikan. Itu artinya presentasi saya tidaklah sia-sia.
Setiap mahasiswa mempresentasikan materi sejarah matematika dengan tema yang berbeda. Dari mereka saya belajar banyak tentang tokoh, artefak, peristiwa-peristiwa penting, dan hal-hal lain yang berguna bagi kehidupan. Terkadang dosen kami juga memberi masukan tentang materi yang dipresentasikan dan juga tentang cara untuk presentasi di depan dengan baik.
Ternyata kami presentasi tidak hanya sekali. Tiba giliran saya untuk presentasi yang kedua kalinya. Benar-benar kehabisan ide saat itu. Namun tiba-tiba saya teringat cerita teman saya mengenai angka Cina Kuno. Angka Cina kuno yang sederhana yang saya coba untuk menjelaskan atau mempresentasikan dari sisi filsafatnya. Karena keterbatasan saya dalam menggunakan office (tidak bisa menuliskan angka Cina Kuno), saya hanya akan menuliskan nya dari sisi filsafatnya.
Angka satu yang hanya berupa sebuah garis horisontal menggambarkan pada dasarnya kita adalah manusia yang memiliki kebutuhan privat (pribadi).
Angka dua yang berupa 2 buah garis horisontal menggambarkan kehidupan kita di dunia, bahwa kita hidup itu tidak sendiri, masih ada orang lain yang juga berpengaruh terhadap kehidupan kita.
Angka 3 dengan tiga buah garis horintal mengingatkan kita bahwa kita itu tidak hanya hidup bermasyarakat, namun masih ada Tuhan yang selalu mengawasi dan memperhatikan setiap aktivitas kita.
Angka 4 yang seperti jendela memberitahukan kita bahwa dunia itu begitu luas. Ada banyak hal yang harus kita capai. Setiap kali kita bangun tidur, kita membuka dan melihat dari jendela. Hal ini memberitahukan kepada kita untuk berpikir dan melihat masa depan.
Angka 5 yang bentuknya seperti seperti sesuatu yang belum jadi menggambarkan agar kita tidak mudah menyerah dalam berkreasi. Seperti apa pun kreasi kita pasti memiliki nilai dan makna.
Angka 6 bentuknya seperti gunung berapi yang sedang meletus, mengingatkan kita bahwa hidup itu tak selamanya menerima. Loh apa hubungannya? Pasti kalimat ini yang muncul dari benak pembaca sekalian, namun jika kita telusuri lebih jauh inilah makna dan hubungannya. Di Gunung banyak orang yang hidup dan berkebun, tanahnya yang subur, airnya yang jernih, dan udaranya yang segar. Namun jangan lupa untuk menjaganya. Dan juga agar manusia ingat akan Tuhannya, alam ini ada yang mengaturnya. Gunung meletus karena kehendak dari sang Pencipta dan yakinlah bahwa hal itu merupakan hal yang terbaik.
Angka 7 seperti kail pancingan, ketika kita memancing ikan kita menggunakan kail pancing untuk memasang umpan. Untuk memperoleh sesuatu tidak serta merta bisa kita peroleh, harus ada usaha dan doa (orang muslim mengatakannya sebagai ikhtiar). Urusan sukses atau tidaknya itu merupakan kehendak dari Sang Penguasa.
Angka 8 seperti kumis, saat ini saya belum menemukan maknanya. Mungkin hanya mengingatkan kita pada dosen kita yang berkumis, (maaf pak).
Angka 9 bentuknya seperti kursi yang menggambarkan tujuan hidup manusia di dunia yaitu meraih kesuksesan dan kekuasaan. Saat ini banyak orang yang berebut kekuasaan dengan cara yang mereka anggap benar.
Angka 10 bentuknya seperti batu nisan, mengingatkan bahwa hidup kita di dunia ini tidaklah kekal. Setiap orang yang hidup pasti akan mati. Jadi sesukses apapun kita, kita harus tetap ingat bahwa masih ada kehidupan berikutnya yang abadi.
Hanya ini materi yang saya presentasikan, tapi cukup membuat teman-teman dan dosen saya tersenyum bahkan tertawa. Saya merasa puas saat itu, namun sayangnya saya belum bisa menjelaskan dari sisi sejarahnya. Jadi nilai yang saya peroleh belum bisa maksimal.
Selain presentasi dosen kami juga menjelaskan tentang Hirarki Matematika, The Nature of Mathematics, dan lain-lain. Dan ternyata memang benar, mempelajari matematika itu tidak hanya sekedar 1+1=2, namun lebih dari itu. Dari matematika kita bisa belajar kehidupan. Matematika itu lahir juga bukan karena kesengajaan atau dengan sendirinya Tuhan ciptakan. Namun karena ada maslah yang harus diselesaikan. Matematika itu masuk ke dalam jiwa, jika kita belajar matematika maka kita harus mencintai matematika. Karena matematika itu bukanlah monster yang menyeramkan, matematika bagaikan malaikat yang membantu kita menyelesaikan masalah yang kita hadapi.
Terus semangat mempelajari hal yang baru, khususnya matematika. ^_^
Terima kasih Kawan, Pak Dosen Mr. Marsigit, Ayah, Bunda, Tuhan, dan semuanya ...
No comments:
Post a Comment