Bismillah...

welcome to qamie's world

Sunday, March 6, 2011

Kumpulan Pencapaian Bertahapku Menelusuri Relung-Relung Sejarah Matematika


Tanggal 25 Februari 2011 aku tahu banyak hal tentang sejarah Matematika dan tokoh-tokohnya dari teman-temanku. Kenapa bisa begitu??? Hari itu kami, setiap mahasiswa Matematika Swadana 2009 diwajibkan untuk mempresentasikan apa yang baru ia ketahui tentang sejarah matematika. Banyak temanku yang presentasi tentang tokoh matematika, rumus matematika, artefaknya, bahkan tentang Matematika Kuno di Babilonia. Jika aku tulis apa yang disampaikan teman-temanku dalam blog ini, pasti Sahabat pembaca akan merasa bosan karena tulisannya begitu panjang. Dan saya rasa sahabat sekalian bisa menemukan apa yang teman saya presentasikan di alamat blog atau alamat web site yang lain. Insya Alloh inti dari apa yang teman saya sampaikan sama.
Hari itu saya mempresentasikan tentang mengapa satu lingkaran penuh itu dianggap sama dengan 〖360〗^0 atau dengan kata lain membagi satu lingkaran ke dalam 360 bagian. Saya menyampaikan materi ini bersumber dari buku sejarah Matematika yang saya pinjam dari seorang teman saya yang sekarang sudah wisuda. Begini ceritanya, satu mil Babilonia, sama dengan kira-kira 7 mil kita. Karena mil Babilonia digunakan untuk mengukur jarak-jarak yang lebih jauh, sehingga wajar jika ini dijadikan pulas sebagai kesatuan waktu, ialah waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 1 mil Babilonia. Pada suatu waktu dalam jangka 1000 th SM, di kala astronomi Babilonia mencapai tahap yang memerlukan pemeliharaan catatan sistematis dari gejala-gejala langit, mil-waktu Babilonia diterima untuk mengukur rentang atau jangka waktu. Karena satu hari yang penuh ternyata sama dengan satu putaran langit, maka satu sikuit penuh dibagi kedalam 12 bagian yang sama. Tetapi demi kemudahan , mil Babilonia telah dibagi dalam 30 bagian yang sama. Dengan demikian kita sampai pada 12*30 = 360 bagian yang sama dalam sebuah putaran yang sempurna.
Ok, hari itu aku belajar bagaimana seharusnya sikap seorang presentator dalam menyampaikan apa yang akan ia sampaikan di depan kelas. Beliau mengajarkan kami sikap seorang presentator yang baik. Namun pada hari itu juga ada sebuah tindakan dari teman ku yang tidak sengaja mengatakan kata yang agak sedikit kasar. Sayang nya dosenku mendengarnya. Wah suatu citra buruk bagi kami, padahal baru dua kali pertemuan di semester 4 ini. Tak perlu saya ceritakan, cukup menjadi pelajaran bagi saya dan teman-teman saya agar tidak melakukan kesalahan yang sama seperti apa yang teman saya lakukan.
Tanggal 4 Maret 2011 kembali hari dimana kami akan kuliah Sejarah Matematika. Namun kali ini berbeda, kami masuk pukul 07.30 WIB lewat beberapa menit. Setiap mahasiswa mempersiapkan dengan baik apa yang akan mereka presentasikan. Karena di dalam kuliah ini saya dan teman-teman dituntut untuk selalu siap presentasi dengan topik yang berbeda setiap orangnya dan setiap minggunya tanpa membawa catatan kecil ketika presentasi.
Dosen masuk, kami terkejut karena tiba-tiba dosen meminta kami untuk duduk merapat dan melngkar (tak seperti biasanya). Spontan, aku berkata Alhamdulillah, karena feeling ku mengatakan bahwa hari itu kami tidak akan presentasi. Dan ternyata feelingku benar, hari itu tak ada seorang pun dari kami yang presentasi. Namun hari itu benar-benar menjadi hari bersejarah bagi kami selaku manusia dan mahasiswa. Dosen memberikan sebuah perkuliahan tentang moral. Kok bisa??? Begini ceritanya…
Teman kami yang minggu lalu melakukan sebuah tindakan keliru yang tidak disengaja diminta maju dan duduk tepat dihadapan dosen kami. Layaknya seseorang yang hendak di wawancarai ketika melamar pekerjaan, teman saya dan dosen saya berbicara layaknya sebuah wawancara. Hanya saja kami semua menyaksikannya. Banyak nasihat yang beliau sampaikan untuk kami. Yang intinya, bahwa matematika saja tidak cukup untuk memperoleh kebahagiaan.
Diagram baru ia gambarkan kembali tentang Sejarah Matematika. Diagram tersebut dalam bentuk hermenitika horizontal. Dasarnya ialah material, yaitu berupa benda (yang ditemukan). Ketika benda tersebut telah ditemukan maka perlu adanya dokumentasi, yaitu dituliskan atau yang kita kenal dengan istilah formal. Matematika itu bersifat parsial, tidak cukup hanya dengan ditemukan dan didokumentasikan. Tapi masih ada normative diatasnya, yaitu aturan-aturan untuk bisa hidup baik di masyarakat. Jika tidak bisa naik ke normative maka hati-hati anda akan menjadi seorang matematikawan yang tidak bermoral. Ilustrasi dari orang yang tak bermoral tapi memiliki ilmu pengetahuan yang luas dapat kita lihat pada film yang berjudul (lupa saya). Intinya film itu adalah sebuah pabrik yang membuat atau melahirkan manusia yang sama persis dengan orang yang memesannya (cloning). Jika tidak maka manusia itu akan dimusnahkan. Normatif bukanlah puncak yang paling tinggi, karena masih ada unsure spiritual. Yaitu Alloh swt, sang pemilik Ilmu. Jadi jangan pernah merasa sombong dengan apa yang kita miliki karena masih ada Alloh sang pemilik pengetahuan dan kehidupan yang sejati.
Keep spirit and Istiqomah… Maaf jika ada kata yang keliru…

No comments:

Followers